PPATQ RAUDLATUL FALAH

PONDOK PESANTREN ANAK-ANAK TAHFIDZUL QUR'AN RAUDLATUL FALAH – PATI


SOWAN NYADONG BERKAH SOHO NGAJI BUYA MUHAMMAD ULIN NUHA ARWANI KUDUS
gambar thumbnail SOWAN NYADONG BERKAH SOHO NGAJI BUYA MUHAMMAD ULIN NUHA ARWANI KUDUS 20 Sep 2023

Bersama Calon Khotimin-Khotimat 30 Juz Bil Ghoib (26 santri-santriyah) berikut Wali Santrinya berkesempatan sowan (menghadap) Buya di kompleks Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Kudus.

Kegiatan ini dilaksanakan sehari setelah penutupan Ikhtibar Simaan 30 Juz Bil Ghoib yang berjalan dua hari sebelumnya.

Pagi jam 08.30 WIB., kami dijadwalkan menghadap beliau, namun sebelumnya kami menghadap (ziarah) di Maqbarah As-Syaikh Al-Mursyid Al-Muqri’ al-kabir KH. Muhammad Arwani Amin Wa Ahli-baitih.

Seusai berziarah, kami berkumpul di Aula Pondok Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Pusat, untuk mengikuti dan menerima mawâ’idh dan an-nashâih ad-diniyyah dari Buya, khususnya yang berkaitan dengan Al-Qur’an wamâ yata’âllaqu bihi. Di antara kalam Buya dalam mawâidhnya adalah sebagai berikut;

  1. Menjaga Hafalan
Bagi seseorang yang menghafal al-Qur’an untuk memperhatikan sabda Rosulullah :

تَعَاهَدُوا الْقُرْآنَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُوَ أَشَدُّ تَفَصِّيًا مِنْ الْإِبِلِ فِي عُقُلِهَا (متفق عليه)

Biasakanlah kalian membaca al-Qur’an, Demi Allah yang nyawaku ada ditanganNya, hafalan al-Qur’an itu lebih mudah lepas dari seekor onta dari ikatannya. (HR. Bukhori Muslim)

Pesan Rosulullah ini disertai dengan “qosam” sumpah, menunjukkan betapa pentingnya untuk menjaga al-Quran (istiqomah nderes) , mengingat al-Qur’an mudah lepas sedang manusia tempat salah dan lupa.

الانسان محل الخطأ والنسيان

2. Membagi Waktu

Bagi penghafal al-Qur’an jangan sampai menyepelekan waktu, karena manajemen waktu menentukan penghafal bisa istiqomah menjaga hafalan. Jangan jadi alasan kesibukan menjadi pengahalang keistiqomahan nderes Qur’an.

Siang tersibukan dengan pekerjaan maka waktu malam manfaatkan untuk nderes sarana menjaga al-Qur’an

قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا (2) نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا (3) أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلً (4)

Bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.

Diberi ijazah do’a bangun malam, setelah membaca ayat 107-110 dari surat al-kahfi, kemudian membaca do’a

اللهُمَّ بِحَقِّ هَذِهِ الآياتِ الشَّرِيْفَةِ أَيْقِظْنِيْ فِيْ وَقْتِ كَذَا وَكَذَا فَإِنَّ رُوْحِيْ بِيَدِكَ وَأَنْتَ تَتَوَفَّى اْلأَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَالَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِيْ مِمَّنْ يَذْكُرُكَ فَتَذْكُرُنِيْ وَأَسْتَغْفِرُكَ فَتَغْفِرُ لِيْ إِنَّكَ تَفْعَلُ مَا تَخْتَارُ وَتَحْكُمُ مَا تُرِيْدُ

Jika sudah bangun jangan tidur lagi, tapi;

* mandi taubat

* sholat tahajud

* nderes / murojaah al-Qur’an

Dalam membaca al-Qur’an pun sebaiknya diiringi dengan niat, mengingat:

انما الأعمال بالنيات

Dalam kitab Asrorul Qur’an, minimal seorang yang membaca al-Qur’an mengiringi dengan 5 niat

√ mencari pahala (للثواب)

√ untuk munajah dan hajat (للمناجات والحاجات)

√ untuk kesembuhan penyakit baik badan maupun hati (للشفاء)

√ untuk menambah ilmu (للعلم)

√ untuk amal sholeh (للعمل)

3. Membaca al-Qur’an Sesuai Tajwid

Diterangkan dalam kitab tajwid Al-Imam Muhammad bin al-Jazariy ra dalam pengantar kitabnya Nadham al-Jazariyah mengatakan:

ﻭَﺍﻷَﺧْﺬُ ﺑِﺎﻟﺘَّﺠْﻮِﻳﺪِ ﺣَﺘْـﻢٌ ﻻَﺯِﻡُ • ﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳُﺠَﻮْﺩِ ﺍﻟْﻘُـﺮَﺁﻥَ ﺁﺛِــﻢُ



Menggunakan tajwid (dalam membaca al-Qur’an) hukumnya wajib. Dan barang siapa tidak membaca al-Qur’an tanpa tajwid maka dia berdosa.

Pelajari ilmu tajwid agar bacaan al-Qur’an sesuai qoidah.

4. Membaca al-Qur’an Hingga Tingkat Tahqiqi

Allah berfirman :

الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَتْلُونَهُ حَقَّ تِلَاوَتِهِ أُولَٰئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ﴾ [ البقرة: 121]

Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.

Jangan merasa puas, berhenti sebatas menghafal Al-Qur’an saja

Al-Qur’an adalah sumber segala ilmu. Akan tetapi harus terus dikembangkan sampai taraf Tahqiq, yaitu membaca dengan lisan (bertajwid) bersamaan dengan akal (tadabbur makna) serta juga dengan hati (diamalkan sepenuh hati).

5. Menjahui Melakukan Dosa

Tak layak bagi seseorang penghafal al-Qur’an melakukan dosa meski itu dosa kecil, tapi harus menjauhinya. Karena seseorang yang melakukan dosa maka dosa tersebut menjadi noda dan lama kelamaan jika terus menerus akan menutupi hati. Pada akhirnya ia tak mampu lagi untuk ada waktu berbuat kebaikan termasuk membaca al-Qur’an.

كَلَّا بَلْ ۜرَانَ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ مَّا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.

Maka sudah seharusnya perbuatan dosa dijahui.

 

6. Hindari dan Jauhi Hal-hal yang Mengganggu Ibadah

Bagi penghafal al-Qur’an gangguan akan selalu ada, yang ringan apa yang ada di sekitar kita termasu haryta benda, anak kadang bisa menjadi penghalang kita dalam beribadah (membaca al-Qur’an)

انما اموالكم واولادكم فتنة

7. Muhmmadun Pondoan pernah mengatakan; andaikata kita tidak di hijab oleh Allah dengan alam yang ada di sekitar kita tentu semua menjadi pengganggu kita dalam beribadah

انما نحن فتنة فلا تكفر

Yang terberat adalah mengekang hawa nafsu. Nafsu ada 7

  1. Nafsu Ammarah,
  2. Nafsu Lawwamah,
  3. Nafsu Mulhimah,
  4. Nafsu Muthmainnah,
  5. Nafsu Radhiyah,
  6. Nafsu Mardhiyah,
  7. Nafsu Kamilah atau nafsu yang sempurna.
Nafsu amarah ini yang harus kita kekang agar kita tak terjerumus dalam lumuran dosa.

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ. [ يوسف: 53]

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.

Melawan nafsu amarah harus dengan selalu bermujahadah, agar kita selalu ditunjukan oleh Allah jalan menuju kepada-Nya.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

8. Kalian Adalah Ahlul Qur’an dan Mendapat Syafaatnya, Jika..

Dalam hadits Nabi Muhammad SAW disebutkan;

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه

Bacalah oleh kalian Al-Qur’an, karena kelak di hari Kiamat, ia (Al-Qur’an) akan datang sebagai pemberi syafa’at (pertolongan) kepada Ashhâbil Qur’an.

Tapi sebaliknya juga al-Qur’an bisa menjadi musuh, bisa karena tak pernah diamalkan atau bahkan karena tak pernahdibaca.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَالقُرْاَنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Al Qur’an itu bisa menjadi pembelamu atau musuh bagimu.” (HR. Muslim

9. Semoga Kita Termasuk Ashabul Qur’an hingga Ahlullah Wa khosshotuh

Yang dinamakan Ashhâbil Qur’an adalah ~orang-orang yang rutin membacanya (al-mulâzim litilawatih),

~yang mengamalkan kandungan isinya (al-‘âmil bihi) serta

~yang menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi (al-muhtadi bihadyih).

Dengan memenuhi kriteria di atas, maka Ashhâbil Qur’an adalah Ahlullâh wa Khôsshotuh (keluarga dan orang pilihan Allah), meskipun ia belum sepenuhnya hafal Al-Qur’an.

¤¤¤¤¤

Pesan terakhir Buya ;

Sebaik-baik manusia adalah selalu bermuhasabah diri dalam setiap perbuatan yang telah ia lakukan.

Mengutip dawuh Amirul Mukminin Umar bin Khottob :

حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا

Evaluasilah (Hisablah) Anda sebelum kalian dihisab dihadapan Allah kelak.

Pentingnya setiap individu menghisab dirinya sendiri untuk selalu mengintrospeksi tingkat nilai kemanfaatan dia sebagai seorang hamba Allah Ta’ala.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Az-Zariyat, 56)

yang segala sesuatunya akan dimintai pertanggungjawabannya di akherat kelak.

Dan sebaik-baiknya manusia adalah yang dapat mengambil hikmah dari apa yang telah ia lakukan, lalu memperlihatkan hari esok yang lebih baik.

Demikian kutipan Ngaji Buya, dan sebagai penutup acara diberkahi dengan do’a beliau dan foto bersama.